Sekitar enam tahun lalu, di tahun 2019, industri perhotelan sedang mengalami masa keemasan. Permintaan perjalanan yang tinggi dan pengeluaran konsumen yang besar mendorong pertumbuhan lapangan kerja. Meski saat itu sulit bagi hotel untuk merekrut dan mempertahankan karyawan berkualitas karena persaingan kerja yang tinggi dan tingkat pengangguran yang rendah, tetap saja ada banyak peluang kerja yang tersedia.
Namun semuanya berubah drastis di tahun 2020, ketika pandemi melanda. Pembatasan perjalanan membuat banyak hotel melakukan pemutusan hubungan kerja atau merumahkan karyawan. Akibatnya, banyak pekerja beralih profesi ke luar industri ini. Menurut American Hotel & Lodging Association (AHLA), industri perhotelan kehilangan 680.000 karyawan pada tahun 2020. Data dari Federal Reserve St. Louis bahkan menunjukkan angka yang lebih besar, yaitu sekitar 1,2 juta orang meninggalkan industri ini.
Seiring membaiknya situasi dan mulai bangkitnya sektor perjalanan, pemulihan industri hotel pun dimulai—meski berjalan lambat. Tidak semua pekerja yang sempat keluar kembali lagi, sehingga kekurangan tenaga kerja di hotel menjadi masalah besar. Hingga tahun 2025, tren perjalanan terus meningkat, tetapi masih banyak posisi di hotel yang belum terisi. Dari pekerja yang hilang selama lima tahun terakhir, AHLA mencatat bahwa hotel di AS baru mampu mempekerjakan kembali sekitar 467.000 orang.
Diperkirakan jumlah tenaga kerja hotel pada tahun 2025 masih belum menyamai jumlah di tahun 2018 dan 2019, meskipun hotel-hotel diprediksi akan merekrut lebih dari 14.000 pekerja baru. Kekurangan tenaga kerja kini menjadi risiko operasional terbesar yang dihadapi hotel.
Efisiensi Nyata: Meningkatkan Pengalaman Tamu dengan Teknologi
Lalu, bagaimana hotel tetap bisa memberikan pengalaman terbaik bagi tamu meskipun kekurangan karyawan?
Menurut survei HUB International, 75% eksekutif di sektor perhotelan menjadikan produktivitas karyawan sebagai prioritas utama HR mereka di tahun 2025. Untuk mengatasi tantangan kekurangan tenaga kerja ini, banyak hotel mulai memanfaatkan otomatisasi dan teknologi untuk meningkatkan efisiensi kerja tim mereka.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana teknologi membantu karyawan menyelesaikan tugas penting di belakang layar dengan lebih efisien, sehingga tetap bisa fokus melayani tamu di garis depan.
1. Komunikasi & Kolaborasi Real-Time dari Mana Saja
Teknologi cloud computing (komputasi awan) memungkinkan staf hotel mengelola reservasi, layanan tamu, jadwal kerja karyawan, dan tugas administratif dari mana saja—dan secara real-time.
Contohnya, saat tamu mengubah reservasi atau meminta upgrade kamar, semua departemen yang terkait bisa langsung mengetahui perubahan ini: resepsionis, bagian reservasi, housekeeping, layanan tamu, akuntansi, hingga manajemen. Hal ini mengurangi keterlambatan komunikasi dan membuat staf bisa lebih fokus pada pelayanan tanpa harus repot menyampaikan info ke banyak pihak.
2. Mengurangi Kemacetan Operasional
Teknologi seperti Smart Kitchen Display System (KDS) memungkinkan komunikasi langsung antara staf dapur dan staf pelayanan di restoran atau layanan kamar. Saat tamu memesan makanan, sistem ini langsung memberi tahu dapur, termasuk info alergi atau permintaan khusus.
Selain mempercepat proses pemesanan, sistem ini juga meningkatkan transparansi dan kolaborasi. Staf bisa melacak pesanan dari tahap masak sampai diantarkan, tanpa harus bolak-balik menanyakan statusnya. Ini sangat membantu, terutama saat jam sibuk.
3. Mengotomatisasi Tugas Rutin
Hotel kini makin sering menggunakan robot dan otomatisasi untuk menyelesaikan tugas-tugas berulang yang sebelumnya harus dilakukan staf secara manual, seperti:
-
Membersihkan kamar secara ringan dan area umum
-
Mengantar handuk, bantal, dan perlengkapan mandi ke kamar tamu
-
Mengantar makanan dan minuman ke kamar atau restoran
-
Memberi jawaban atas pertanyaan umum tamu (seperti arah atau rekomendasi lokal)
-
Membawa koper dari lobi ke kamar tamu
-
Mengecek dan mengisi ulang minibar
-
Mengambil baki room service dari lorong kamar
Dengan mengotomatisasi tugas-tugas ini, staf manusia bisa fokus ke hal-hal yang lebih penting, seperti menangani keluhan, mempererat hubungan dengan tamu, atau meningkatkan proses pelayanan.
4. Mendukung Personalisasi Cepat
Kecerdasan buatan (AI) juga membantu hotel memberikan layanan yang lebih personal tanpa harus menambah banyak tenaga kerja. Misalnya:
-
Memberi rekomendasi personal untuk tamu berdasarkan kebiasaan dan preferensi
-
Menyesuaikan harga kamar secara dinamis sesuai tren pemesanan, tingkat permintaan, harga kompetitor, atau event khusus
-
Menyusun itinerary (jadwal kegiatan) khusus untuk setiap tamu berdasarkan preferensi, riwayat booking, dan data demografis
Meningkatkan Pengalaman Tamu di Tengah Kekurangan Tenaga Kerja
Belden, dengan pengalaman di bidang teknologi dan perhotelan, membantu hotel mengintegrasikan teknologi ke dalam pengalaman tamu maupun karyawan. Tim spesialis mereka memahami sistem dan infrastruktur jaringan yang dibutuhkan hotel masa kini.
Dalam situasi operasional yang semakin kompleks, Belden hadir dengan solusi konektivitas lengkap, menggabungkan sistem front office dan back office agar staf hotel bisa bekerja lebih cerdas dan efisien. Semua sistem dan perangkat bisa disatukan dalam satu jaringan untuk komunikasi, kontrol, monitoring, dan keamanan yang lebih baik.
Infrastruktur IT yang kuat adalah kunci produktivitas perusahaan. Dengan lamdaconnect indonesia, Anda bisa mendapatkan solusi IT lengkap yang sesuai dengan kebutuhan Anda. iLogo Indonesia sebagai mitra terpercaya siap mengintegrasikan semuanya agar bisnis Anda tetap berjalan lancar dan aman.
Hubungi kami sekarang atau kunjungi lamdaconnect.com untuk informasi lebih lanjut!